Selasa, 02 Oktober 2018

Monyet dan Burung Merpati

Di pagi hari yang cerah, monyet dan burung duduk bersama di atas dahan ranting sebuah pohon beringin yang terletak di dekat istana kenegaraan . Mereka memperhatikan segerombolan mahasiswa yang sedang beraksi di depan istana negara. Mahasiswa itu membawa spanduk besar, mereka berteriak, berseru memanggil agar sang presiden segera keluar dari istana. 

"Hey burung lihat lah pemuda pemudi itu!  Mengapa mereka terus berteriak didepan bangunan ini? " ujar monyet sembari bergelantungan di dahan.
"ya monyet, aku juga tidak tahu mengapa mereka terus ribut di pagi buta seperti ini. Sangat mengganggu!" ujar sang burung
"lihatlah sepertinya mereka menginginkan sesuatu dari pak presiden. Sampai kapan mereka akan berteriak seperti ini?"
" entah lah monyet.  Aku juga tidak mengerti. Lebih baik aku melihat keadaan anak-anakku sekarang" jawab burung sembari terbang ke dahan yang lebih tinggi dimana anak-anaknya berada. 
"ibuu ibuu tolong kamii. Kami takut!! Kami takutt!" ujar anak-anak burung ketakutan. 
"tenang nak tenang. Ibu disini melindungi kalian." ujar ibu burung
"ibuuu ayo kita pindah saja dari sini.  Aku takuut" ujar anak burung
"baik nak,  kalo begitu ayo kita mengungsi ke pohon besar diujung sana" 
Akhirnya, pagi itu,  burung dan anak anaknya pindah ke pohon besar di sebrang jalan yang jauh dari keramaian.  Sang monyet yang tidak tahu apa-apa kebingungan mencari burung,  teman setianya.  Tak lama kemudian, burung muncul lagi dengan tergesa-gesa.  
"monyet kita harus segera pindah dari pohon ini.  Aku melihat segeromboloan pemuda yang lebih banyak sedang menuju kesini.  Sepertinya keributan ini akan bertambah parah" ujar sang burung
"oh benarkan burung?  Mengapa semua pemuda pemudi disini senang sekali membuat keributan?  Tidakkah mereka cinta damai?  Damai itu indah dan menyenangkan" jawab momyet termenung. 
"aku juga berpikir begitu monyet.  Semua pemuda disini senang membuat keributan dan mengganggu kedamaian lingkungannya.  Oleh karena itu,  ayolah ikut dengan ku sebelum keributan ini bertambah parah dan hanya akan memekakkan telingamu" jawab burung
"hhm ta-tapi aku tidak bisa pergi ke pohon itu burung.  Disana adalah tempat tinggal ku saat kecil.  Saat ibuku masih hidup juga saat ia ditangkap oleh pemuda-pemuda jahat. Aku takut jika dipohon itu aku akan berjumpa dengan orang-orang jahat itu lagi" jawab monyet sedih. 
"OH?  Aku benar benar turut bersedih monyet. Aku tidak bermaksud apa-apa. Lalu, dimana ibumu sekarang? " tanya burung
"aku tidak tahu burung.  Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi sejak itu.  Sudahlah kamu bisa tinggalkan aku sendiri disini." ujar monyet
"tidak monyet,  tidak.  Percaya lah padaku. Pohon disana sangat rindang dan berbuah manis. Selain itu juga ada seorang pemuda baik hati yang selalu merawat pohon itu.  Ia juga dengan senang hati menolong anakku yang terjatuh dari sarang tadi." jawab sang burung meyakinkan
"Oh benarkan itu burung? Aku senang mendengarnya.  Baiklah kalau begitu.  Ayo kita pindah" jawab monyet senang. 
Sejak saat itu monyet dan burung tinggal di pohon rindang yang jauh dari keramaian. Tidak ada keributan, tidak ada teriakkan. Tiap harinya pohon itu dirawat dan disirami oleh pemuda baik hati hingga pohon itu terus berbuah dengan buah yang manis. Monyet dan burung hidup dengan damai di pohon itu.  Begitu juga dengan anak-anak burung.  Mereka hidup dan tumbuh di pohon rindang itu.  Mereka juga seringkali bermain dengan pemuda baik hati yang selalu menyirami pohon itu. 
" Aku senang. Ternyata masih ada pemuda baik hati di kota ini burung. Yang mau merawat lingkungannya dan menjaga kedamaian." ujar monyet
"ya benar monyet.  Semua ini bergantung pada sisi mana kita melihat kehidupan. Jika kita terus berada di pohon sana dan jenuh akibat keributan yang ada, mungkin kita akan mati dalam kesengsaraan." jawab burung.

TALENT MARKETPLACE : CARA MUDAH BARU MENCARI PEKERJAAN

Berdasarkan data BPS, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat hingga 9,77 juta orang akibat pandemi covid-19 yang melanda sejak bulan Ma...